PMR SMPN 4 Bandar Lampung

Jumat, 27 Maret 2009

Peternak Unggas Tidak Khawatir Flu Burung

Kehidupan Kampung Sarang Bango, Pasar Bebek Marunda, Jakarta Utara, mengalir seperti biasa. Lokasi yang dikenal sebagai sentra peternakan bebek ini berjalan normal meskipun berita tentang merebaknya flu burung di kota Jakarta dan sekitarnya sedang hangat-hangatnya. Sebagian warga bahkan lalu lalang di sekitar kandang ternak bebek yang berada dekat dengan pemukiman tanpa rasa takut tertular flu burung. Kabar munculnya flu burung ini seakan tidak menghentikan roda perekonomian warga yang hidup dari peternakan unggas ini yang dirintis sejak 2003.
Wahyudin, peternak bebek di Jl. Rorotan IX RT 05/RW 07 Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, mengaku tidak khawatir dengan pemberitaan bahaya flu burung. Ia dan rekan-rekan peternak lainnya tetap merawat bebek-bebek mereka seperti biasa. “Saya tahu ada flu burung dari televisi. Tapi saya biasa-biasa saja,” katanya.
Ironisnya, Wahyudin dan para peternak unggas ini lebih khawatir jika ternak unggas mereka menjadi sasaran tuduhan penyebar virus influenza (H5N1). Oleh karena itu, mereka menyambut gembira kehadiran para relawan Palang Merah Indonesia (PMI), Sabtu (24/09), yang melakukan penyemprotan disinfektan di kandang unggas mereka dan sekitarnya. Hal ini dirasa perlu meskipun mereka kerap memberi vaksin anti penyakit 3 (tiga) bulan sekali pada 800 unggas mereka. Harapan mereka, dengan penyemprotan cairan vircom ini, bakteri pada ternak bebek mereka bisa hilang, sekaligus menghapus kekhawatiran munculnya tuduhan masyarakat tentang bahaya ternak mereka.
Penyemprotan disinfektan di Kampung Sarang Bango ini adalan bentuk sosialisasi PMI dalam rangka ikut mencegah flu burung. Tidak hanya melalui penyemprotan, partisipasi PMI ini juga dengan menyebarkan 200 ribu leaflet seputar informasi flu burung. Selain 50 relawan, Ketua Umum PMI, Mar’ie Muhammad, ikut turun dalam aksi penyebaran leaflet ini yang disambut antusias oleh warga. Dalam leaflet tertera informasi umum tentang flu burung, sumber penularannya, gejala, dan cara pencegahannya. Saat berbincang dengan warga, Ketum mengingatkan warga untuk waspada dan tidak panik menanggapi flu burung. Mar’ie juga menghimbau warga untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan juga diri mereka. Terutama bagi para peternak, dianjurkan untuk tidak lupa mencuci tangan setelah bekerja.
Dalam pertemuannya dengan Ketum, warga mengeluhkan mahalnya harga vaksin untuk hewan. Saat ini vaksin unggas dijual dalam kemasan besar, yaitu 500-1000 dosis dengan harga mencapai Rp. 300 ribu. “Harga ini terlalu mahal jadi tidak terjangkau oleh kami,” keluh Irianto, peternak itik. Mereka mengharapkan PMI untuk mendorong perusahaan penjual vaksin hewan memproduksi obat dalam kemasan kecil sehingga harga menjadi lebih murah. Tujuannya agar peternak bisa memberi vaksin pada ternak setidaknya setiap bulan, sekaligus mengurangi ancaman ternak unggas mereka terinfeksi virus avian influenza (AI).
Selain di kampung Sarang Bango, mulai Sabtu (25/09) sosialisasi PMI ini serentak dilakukan di seputar DKI Jakarta dan di berbagai daerah lainnya, seperti Jawa Timur yang disinyalir rawan flu burung, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara yang mulai muncul tanda-tanda adanya flu burung, serta Bali sebagai pusat pariwisata. Dengan sosialisasi ini, PMI mengharapkan masyarakat menjadi tahu apa, gejala, dan bahaya flu burung serta rumah sakit rujukan jika terkena penyakit ini. Warga juga diharapkan mulai menerapkan kebersihan lingkungan dan diri mereka sehingga terlepas dari ancaman terkena flu burung.gem

Tidak ada komentar: